Dulu, mau mewek itu urusannya sama percintaan, atau ada masanya percintaan beres muncul mau mewek karena masalah keluarga. Setelah menikah, gak pernah lagi mau mewek soal percintaan dan keluarga. Meweknya cuma soal finansial. Penting gak penting.
Tapi ternyata, kalau dipikir-pikir ternyata bahkan mau mewek pun monogami ya, hanya karena sebuah isu di suatu masa. Mungkin karena Alloh tahu, lebih dari 1, umatnya yg satu ini gak kuku ... Jadi beginilah daftar mau mewek gue beberapa tahun terakhir ini.
Mau mewek itu .... adalah ketika mau bayar sekolah, eh inget duitnya setengah jumlah yg harus dibayar juga gak nyampe ... alhamdulillah udah setengah, mau mewek ... :)
Mau mewek itu ... adalah ketika bokek berat eh disms bokap untuk kirim duit terus jd gak bisa ngirim biar 50rb juga ... gak guna banget jadi anak yak ... :(
Mau mewek itu ... adalah ketika laper berat tapi duit cuma tinggal 10rb buat ongkos besok ... alhamdulillah masih ada buat ongkos besok pagi ... :)
Mau mewek itu ... adalah ketika lihat Ibbor rela makan nasi doang tanpa lauk, sementara Indomienya dikasih ke gue ... :(
Mau mewek itu ... adalah ketika nyokap nyuruh pulang ke rumah tapi duit buat ongkos pulang gak ada ... :(
Mau mewek itu ... adalah ketika semua teman membicarakan tabungan, sementara gue gak punya tabungan sama sekali ... :(
Mau mewek itu ... adalah ketika Ibbor gak wisuda master karena gak punya uang 350rb buat bayarnya ... :(
Mau mewek itu ... adalah waktu bertekad tidak ikut wisuda master, eh ada Wahyu yang minjemin duit ... :)
Mau mewek itu ... adalah lihat tampang bangga bokap gue waktu gue diwisuda dan Cum Laude ... yang dia gak tahu adalah wisudanya pake uang pinjeman ... :)
Mau mewek itu ... adalah mendengar orang mengeluh gak punya duit tapi bisa makan enak, punya rumah dan bisa ke luar negeri ... yah ikut seneng, terus tinggal googling suasana luar negeri, mayan ... :)
Mau mewek itu ... adalah sudah 2 tahun tidak pernah liburan sama sekali padahal pengen ....
Mau mewek itu ... adalah ketika lihat hasil kerja Ibbor ngajar sebulan, cuma lewat untuk bayar kos ... :(
Mau mewek itu ... adalah inget rejeki-rejeki jaman dulu yg sudah bukan rejeki saat ini ... mobil, rumah, isi rumah yg sudah tiada ... alhamdulillah pernah dikasih rejeki enak :)
Mau mewek itu ... adalah tidak punya rencana masa depan, karena untuk hidup besok saja masih dipikirkan caranya ... kadang seneng juga gak repot banyak pikiran :)
Mau mewek itu ... adalah lihat Ibbor sabar banget ngadepin gue yang mau mewek ...
Mau mewek itu ... adalah ketika bisa bersyukur dan mengaji ke mesjid tiap hari Jum'at tanpa malas ... :)
Yah, standard kehidupan gue sehari-harilah ... insya Alloh sebentar lagi era mau mewek akan lebih banyak karena syukurnya ... Semua itu indah, dan alhamdulillah keadaan mau mewek hadir sebagai rangkaian keutuhan keindahan ... Alhamdulillah ... ugh ... jadi mau mewek ...
Senin, 11 Juni 2012
Selasa, 03 April 2012
OMG ... Saya menonton The Raid bersama Balita ...
Malam ini, ketiga kalinya saya menonton The Raid. Gratis lagi. Bahagianyaaa ... Lucu juga, menonton 3 kali dengan 'rasa' yang berbeda setiap kalinya. Yang pertama di Premiere, mencekam karena cuma nonton berdelapan. Yang kedua, nonton sore-sore di bioskop reguler, seruuuu ... penuh desahan, candaan, dan bersatu dalam teriakan-teriakan, sehingga tidak terlalu mencekam (saya suka momen yang kedua ini). Yang ketiga, sudah malem, pada teler, makin mencekam dan kurang menggigit jadinya. Kebanting sama nonton sore dan rame.
Berdasarkan pemilihan jam tayang, saya memilih The Raid yang tayang pukul 21.25. Logikanya, pada jam sekian, saya tidak akan menemukan hal-hal ajaib, karena pasti isinya orang-orang neduh, capek pulang kantor atau nunggu macet terurai. Eh, ternyata logika gak berlaku dalam kamus Jecardah the capital city.
Berdasarkan pemilihan jam tayang, saya memilih The Raid yang tayang pukul 21.25. Logikanya, pada jam sekian, saya tidak akan menemukan hal-hal ajaib, karena pasti isinya orang-orang neduh, capek pulang kantor atau nunggu macet terurai. Eh, ternyata logika gak berlaku dalam kamus Jecardah the capital city.
Beli tiket, aman. Ngantri aman. Ehhhh ... kok duduk depan saya, keluarga muda dengan 1 anak balita usia sekitar 2 tahun. Oalahhhhh ... ndak gaul tha bapak ibunyaaaa ...
Dalam berbagai ulasan, saya menyimpulkan bahwa ada 3 pihak yang 'seharusnya' bertanggung-jawab' bila ada anak di bawah umur bisa nonton The Raid di bioskop dengan bebasnya. Jelas dan tegas, film ini telah dikategori sebagai film Dewasa, yang artinya anak di bawah umur DILARANG KERAS menonton dan melihat konten ini. Jelas, karena isinya penuh adegan kekerasan. Untuk kita yang tahu hal tersebut cuma sekedar seni peran, efek film dan bohong belaka, yo ndak masalah broooo ... lha, anak kecil yo pasti efeknya beda tho. Saya aja masih inget film komedi yang agak serem karena parodi film setan-setanan, tapi ngerinya masih terbawa sampe usia 30 tahun gini. Apalagi nonton The Raid, gak kebayang ... Padahal di semua social media sudah dibahas tentang kekerasan dalam film ini. Kok yo masih nekatzz ...
Yang pasti, buat saya ada 3 pihak yang bertanggung-jawab. Yang pertama adalah pihak bioskop, yang tahu pasti bahwa film ini dilabel Dewasa dan Restricted buat anak di bawah umur. Yang kedua, tentu saja, orangtua, yang tidak memikirkan dan tidak mengedukasi dirinya bahwa hal ini berbahaya untuk masa depan anaknya. Yang terakhir, dimana saya masuk dalam kategori tersebut, adalah masyarakat. Masyarakat yang bertanggung-jawab adalah masyarakat yang melindungi komunitasnya. Pembiaran hanya menghasilkan kehancuran bagi masyarakat itu sendiri.
Berbekal pemikiran tersebut, saya, yang duduk persis di belakang keluarga bahagia tersebut, berniat merusak kebahagiaan mereka. Saya datangi dari belakang, dengan bercanda, "Pak, bu, serius nih ngajak anak kecil nonton The Raid? Saya sudah nonton 3 kali dan banyak adegan darah dan gorok leher lho, takut trauma aja anak bapak ntar-ntarnya ...".
Yang terjadi, mereka tidak beranjak. Adalah hak prerogatif mereka atas anak mereka, namun saya tidak mau pulang dengan perasaan tidak melakukan apa-apa. Tapi yah, saya tau diri, siapalah saya yang cantik ini ...
Ternyataaaa .... usaha saya tidak sia-sia. Walaupun tetap tidak beranjak, ternyata mereka jengah juga. Dari awal bertekad membuat anaknya ngantuk dan tertidur. Repot ... Si bapak sibuk ngajak becanda, si ibu sibuk nawarin makanan. Si anak dibikin ngantuk. Tiap ada adegan 'keras' si anak dhadapkan ke belakang, ketemu muka cantik saya. Heleh ... heleh ... syukurin, gak asik kan nontonnya.
Yah, minimal, saya merasa usaha saya ada gunanya, karena setengah film kemudian, si anak terkuple, tidur ... mungkin capek liat bapak emaknya ribet gak jelas ... syukurlah ...
So, guys ... if you love The Raid like I do, literasi media dan pengawasan media sangat penting ... educate yourself, your family and your society. Mungkin kita tidak berbuat banyak, tapi minimal kita bisa berbuat sesuatu ...
Lega, bisa pulang dengan hati tenang, gak merasa bersalah ... Hehehehe ...
*kalau sempat, lihat juga ulasan saya tentang The Raid di tulisan sebelumnya, have fun ... *
Yah, minimal, saya merasa usaha saya ada gunanya, karena setengah film kemudian, si anak terkuple, tidur ... mungkin capek liat bapak emaknya ribet gak jelas ... syukurlah ...
So, guys ... if you love The Raid like I do, literasi media dan pengawasan media sangat penting ... educate yourself, your family and your society. Mungkin kita tidak berbuat banyak, tapi minimal kita bisa berbuat sesuatu ...
Lega, bisa pulang dengan hati tenang, gak merasa bersalah ... Hehehehe ...
*kalau sempat, lihat juga ulasan saya tentang The Raid di tulisan sebelumnya, have fun ... *
Minggu, 01 April 2012
The Raid : Ekstasi Kekerasan atau Semangat Baru ?
Sudah menyaksikan The Raid 2 kali. Besok sore ada lagi yang mengajak untuk nonton lagi. Gak nolak ...
Terus terang, saya dan suami sudah menunggu kehadiran film ini sejak berbulan-bulan yang lalu. Kami selalu menyaksikan trailernya berkali-kali dan melihat interview-interview yang berhubungan dengan film tersebut di youtube. Akhirnya medio Maret 2012, kami bisa menikmatinya di bioskop. Film ini mendapat penghargaan di luar negeri, bahkan dalam waktu seminggu sudah meraup $200.000 di Amerika, padahal hanya diputar di 14 bioskop saja di sana. Buyer-nya juga gak tanggung-tanggung Sony Pictures bo!!
Film ini juga menuai pro dan kontra di berbagai media, terutama social media. Biasanya yang kontra menyesalkan adanya tampilan yang mengundang kengerian dan kekerasan. Bahkan ada yang saking sebalnya, beberapa orang walk-out di tengah film karena dinilai terlalu 'keras'. Selain itu, kontra lainnya adanya diskusi yang menyesalkan pihak bioskop, para orangtua dan masyarakat yang tidak tegas dengan label Dewasa yang dicapkan pada film ini. Saya juga termasuk yang menyesali bila ada anak di bawah umur dapat dengan bebas menyaksikan film ini. Bahkan di sebuah kejadian yang diceritakan pada saya, seorang ibu diam saja ketika anaknya sudah merengek ngeri menyaksikan film ini. Payah sekali orangtua model begitu. (baca juga: OMG ... saya menonton The Raid bersama balita ...)
Karena ini blog saya, maka inilah pendapat saya.
Saya, secara pribadi sangat menyukai film ini. Unsur ceritanya tidak ribet dan tidak berbelit, namun dialognya cukup menjelaskan situasi. Dari menit pertama hingga akhir, kita diajak tidak berhenti konsentrasi pada adegan. Waktu nonton pertama, memang agak sedikit kaget dengan kekerasan yang ditonjolkan. Tapi setelah beberapa saat, saya melihat dengan kacamata lain.
Kebetulan saya seorang penikmat seni (walaupun tidak fasih di bidang tersebut). Menurut saya, dari segi kekerasan, film tersebut tidak terlalu mengumbar adegan yang mengeksploitasi hal tersebut. Dibandingkan film Kill Bill, menurut saya, kekerasan yang muncul cukup dan relevan sesuai dengan jalan cerita. Lagipula, ini memang film action, jadi dari awal kita sudah harus siap melihat kekerasan yang akan muncul di berbagai adegan. Buat saya, Kill Bill adalah film Drama yang dibungkus action, kalau The Raid memang film action.
Setelah nonton kedua kali, keindahan dalam film ini semakin nampak. Tentu saja, dari segi genrenya, saya sangat bangga pencak silat bisa diperkenalkan pada dunia internasional dengan cara ini. Tidak hanya itu, berbagai komentar positif dari pengamat film di luar negeri pun memastikan hal tersebut. Pencak silat yang dipertontonkan dalam film ini, membuat film action ala barat terasa garing dan lelet, membuat kungfu jadi sedikit basi dan membosankan. Paduan seni bela diri seperti tarian yang dikoreografi oleh Iko, Yayan dan Gareth, membuat pencak silat terlihat sangat indah. Itulah yang membuat penonton luar negeri terkaget-kaget akan seni bela diri, yang mereka klaim terlihat seperti menari, namun sangat kuat. Lihat adegan Iko bertarung dengan penjahat di gudang produksi drug, adegan pertarungan di atas meja panjang itu, gerakannya indah sekali.
Lalu, perhatikan juga angle kamera yang ada dalam berbagai adegan. Bagus sekali. Angle kamera ketika Iko dan temannya yang terluka harus bersembunyi di balik dinding sempit, namun kemudian harus menerima goresan pedang yang ditusukkan penjahat. Adegan disorot dari atas dan close up pada wajah Iko, itu keren banget.
Belum lagi membicarakan segi akting. Buat saya, keseluruhan aktingnya setidaknya 1 level di atas akting film Indonesia biasa. Iko dan Yayan bermain apik. Namun, akting paling kuat menurut saya, ditampilkan oleh Ray Sahetapi dan Joe Taslim. Sudah lama gak lihat Ray Sahetapi beradegan sekuat itu. Asyik sekali melihatnya. Terutama adegan terakhir sebelum ia dimatikan oleh penulis skenario. Akting Joe Taslim juga mengundang pujian. Apalagi ini adalah film layar lebar pertamanya. Sebelumnya, ia pernah 2 kali berakting dan ia juga dikenal sebagai model dan atlit nasional judo yang mewakili Indonesia ke ajang SEA Games dan juga berlaga di PON. Jadi cukup menyenangkan melihatnya berakting manis di film ini. Apalagi setelah saya tahu, ia sengaja mendatangi Gareth untuk meminta peran dalam film ini sejak ia menyaksikan film Merantau.
Saya ingat, membaca sebuah ulasan yang menganggap film ini dan penontonnya seperti 'merayakan' kekerasan. Malah kadang para penonton larut dan bertepuk tangan ketika penjahat berhasil dikalahkan. Adegannya diperlihatkan sangat sadis. Tak jarang ketika menonton film ini, terdengar teriakan-teriakan ngeri dari kursi penonton di kanan kiri. Saya, menonton film ini 2 kali. Yang pertama saya menonton di bioskop Premiere, yang menonton hanya 8 orang dan sangat hening. Keadaannya sangat mencekam. Ketika menonton kedua kalinya, saya menonton di bioskop regular, bersama puluhan penonton yang berteriak-teriak, ternyata perasaan saya sungguh berbeda. Menonton beramai-ramai tidaklah semencekam menonton bersama sedikit orang. Justru di situlah letak kebersamaannya. Perasaan ngeri sedikit terobati dan malah jadi terus teringat bahwa ini hanya sekedar tontonan, tidak usah terlalu serius. Nikmati sajalah ... toh semua yang berakting dalam film tersebut hanya pura-pura terluka dan pura-pura mati, hueee ...
Wah, buat saya, film ini cukup asyik. Mungkin seperti dahulu ketika 'Ada Apa dengan Cinta?' muncul, ada semangat baru yang dirasakan. Film ini pun buat saya, terlepas dari pro dan kontra terhadapnya, merupakan semangat baru dalam dunia perfilman Indonesia. Ini terlihat dari keseriusan mereka yang benar-benar berlatih hingga dikarantina di kamp militer terlebih dahulu sebelum syuting mulai.
Film Indonesia yang soundtracknya discore sama Mike Shinoda dari Linkin Park kan jarang lho. Jadi cukup membanggakanlah ...
Tapi itu menurut saya lho ... Yang punya pendapat lain, ya tidak salah juga, toh kita memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda, jadi wajar ada perbedaan pendapat. Sepakat untuk Tidak Sepakat ... Jadi, selamat menonton ...
Lihat komentar penonton dari luar negeri di http://www.rottentomatoes.com/m/the_raid_redemption/
Wawancara Gareth di Sundance 2012:
Ini reviewnya di Sundance 2012:
Terus terang, saya dan suami sudah menunggu kehadiran film ini sejak berbulan-bulan yang lalu. Kami selalu menyaksikan trailernya berkali-kali dan melihat interview-interview yang berhubungan dengan film tersebut di youtube. Akhirnya medio Maret 2012, kami bisa menikmatinya di bioskop. Film ini mendapat penghargaan di luar negeri, bahkan dalam waktu seminggu sudah meraup $200.000 di Amerika, padahal hanya diputar di 14 bioskop saja di sana. Buyer-nya juga gak tanggung-tanggung Sony Pictures bo!!
Film ini juga menuai pro dan kontra di berbagai media, terutama social media. Biasanya yang kontra menyesalkan adanya tampilan yang mengundang kengerian dan kekerasan. Bahkan ada yang saking sebalnya, beberapa orang walk-out di tengah film karena dinilai terlalu 'keras'. Selain itu, kontra lainnya adanya diskusi yang menyesalkan pihak bioskop, para orangtua dan masyarakat yang tidak tegas dengan label Dewasa yang dicapkan pada film ini. Saya juga termasuk yang menyesali bila ada anak di bawah umur dapat dengan bebas menyaksikan film ini. Bahkan di sebuah kejadian yang diceritakan pada saya, seorang ibu diam saja ketika anaknya sudah merengek ngeri menyaksikan film ini. Payah sekali orangtua model begitu. (baca juga: OMG ... saya menonton The Raid bersama balita ...)
Karena ini blog saya, maka inilah pendapat saya.
Saya, secara pribadi sangat menyukai film ini. Unsur ceritanya tidak ribet dan tidak berbelit, namun dialognya cukup menjelaskan situasi. Dari menit pertama hingga akhir, kita diajak tidak berhenti konsentrasi pada adegan. Waktu nonton pertama, memang agak sedikit kaget dengan kekerasan yang ditonjolkan. Tapi setelah beberapa saat, saya melihat dengan kacamata lain.
Kebetulan saya seorang penikmat seni (walaupun tidak fasih di bidang tersebut). Menurut saya, dari segi kekerasan, film tersebut tidak terlalu mengumbar adegan yang mengeksploitasi hal tersebut. Dibandingkan film Kill Bill, menurut saya, kekerasan yang muncul cukup dan relevan sesuai dengan jalan cerita. Lagipula, ini memang film action, jadi dari awal kita sudah harus siap melihat kekerasan yang akan muncul di berbagai adegan. Buat saya, Kill Bill adalah film Drama yang dibungkus action, kalau The Raid memang film action.
Setelah nonton kedua kali, keindahan dalam film ini semakin nampak. Tentu saja, dari segi genrenya, saya sangat bangga pencak silat bisa diperkenalkan pada dunia internasional dengan cara ini. Tidak hanya itu, berbagai komentar positif dari pengamat film di luar negeri pun memastikan hal tersebut. Pencak silat yang dipertontonkan dalam film ini, membuat film action ala barat terasa garing dan lelet, membuat kungfu jadi sedikit basi dan membosankan. Paduan seni bela diri seperti tarian yang dikoreografi oleh Iko, Yayan dan Gareth, membuat pencak silat terlihat sangat indah. Itulah yang membuat penonton luar negeri terkaget-kaget akan seni bela diri, yang mereka klaim terlihat seperti menari, namun sangat kuat. Lihat adegan Iko bertarung dengan penjahat di gudang produksi drug, adegan pertarungan di atas meja panjang itu, gerakannya indah sekali.
Lalu, perhatikan juga angle kamera yang ada dalam berbagai adegan. Bagus sekali. Angle kamera ketika Iko dan temannya yang terluka harus bersembunyi di balik dinding sempit, namun kemudian harus menerima goresan pedang yang ditusukkan penjahat. Adegan disorot dari atas dan close up pada wajah Iko, itu keren banget.
Belum lagi membicarakan segi akting. Buat saya, keseluruhan aktingnya setidaknya 1 level di atas akting film Indonesia biasa. Iko dan Yayan bermain apik. Namun, akting paling kuat menurut saya, ditampilkan oleh Ray Sahetapi dan Joe Taslim. Sudah lama gak lihat Ray Sahetapi beradegan sekuat itu. Asyik sekali melihatnya. Terutama adegan terakhir sebelum ia dimatikan oleh penulis skenario. Akting Joe Taslim juga mengundang pujian. Apalagi ini adalah film layar lebar pertamanya. Sebelumnya, ia pernah 2 kali berakting dan ia juga dikenal sebagai model dan atlit nasional judo yang mewakili Indonesia ke ajang SEA Games dan juga berlaga di PON. Jadi cukup menyenangkan melihatnya berakting manis di film ini. Apalagi setelah saya tahu, ia sengaja mendatangi Gareth untuk meminta peran dalam film ini sejak ia menyaksikan film Merantau.
Saya ingat, membaca sebuah ulasan yang menganggap film ini dan penontonnya seperti 'merayakan' kekerasan. Malah kadang para penonton larut dan bertepuk tangan ketika penjahat berhasil dikalahkan. Adegannya diperlihatkan sangat sadis. Tak jarang ketika menonton film ini, terdengar teriakan-teriakan ngeri dari kursi penonton di kanan kiri. Saya, menonton film ini 2 kali. Yang pertama saya menonton di bioskop Premiere, yang menonton hanya 8 orang dan sangat hening. Keadaannya sangat mencekam. Ketika menonton kedua kalinya, saya menonton di bioskop regular, bersama puluhan penonton yang berteriak-teriak, ternyata perasaan saya sungguh berbeda. Menonton beramai-ramai tidaklah semencekam menonton bersama sedikit orang. Justru di situlah letak kebersamaannya. Perasaan ngeri sedikit terobati dan malah jadi terus teringat bahwa ini hanya sekedar tontonan, tidak usah terlalu serius. Nikmati sajalah ... toh semua yang berakting dalam film tersebut hanya pura-pura terluka dan pura-pura mati, hueee ...
Wah, buat saya, film ini cukup asyik. Mungkin seperti dahulu ketika 'Ada Apa dengan Cinta?' muncul, ada semangat baru yang dirasakan. Film ini pun buat saya, terlepas dari pro dan kontra terhadapnya, merupakan semangat baru dalam dunia perfilman Indonesia. Ini terlihat dari keseriusan mereka yang benar-benar berlatih hingga dikarantina di kamp militer terlebih dahulu sebelum syuting mulai.
Film Indonesia yang soundtracknya discore sama Mike Shinoda dari Linkin Park kan jarang lho. Jadi cukup membanggakanlah ...
Lihat komentar penonton dari luar negeri di http://www.rottentomatoes.com/m/the_raid_redemption/
Wawancara Gareth di Sundance 2012:
Ini reviewnya di Sundance 2012:
Jumat, 09 Maret 2012
Adele, Jackie Evancho dan Gotye : Harapan di tengah serangan K-Pop
Hhhhhhhhh ... K-Pop lagi, K-Pop lagi .... bahkan di kampus pun ada yang bikin penelitian tentang K-Pop lagi, K-Pop lagi ... Proposal disertasi S3-nya keren sih, tapi begitu tahu tentang K-Pop, langsung pengen mewek. Bosennnn ... Bukannya anti Korea, dulu juga seneng banget ngikutin Full House atau apalah itu yang sadurannya Itazura na Kiss versi Korea, lupa, tapi bocen ajah gitchu ...
Saking bosennya sama K-Pop udah seminggu ini dengerin lagu lama jaman baheula dari 70's, 80's and 90's dan menggerung-gerung kenapa lagu-lagu sekarang gak dalem, menggigit dan bersyair 'tembak langsung', melelahkan ... jadi inget Sartre dengan kejernihannya yang terkutuk itu ...
Beberapa bulan lalu, diundang main ke rumah sahabat lama di daerah Petukangan (iye, maksud gue emang elu, Ki ...) dan diperkenalkan pada Adele. Plis dehhhh telat banget kaleee ... ya pegimane, familiar sih ama lagunye, tapi kagak tau nyang nyanyi namanya Adele, keren pula orangnya. Namanya juga lagi sekolah, urusan laen liwat ... sibuk ngerjain tugas n ngumpulin duit biar bisa lanjut gitu loch ... (alesan, padahal kagak gawol).
Denger Adele, rasanya gimanaaaa gitu, gak pake gimmick yang bikin orang pusing dengan hal-hal gak penting. Cukup Adele dengan make-up lengkap dan baju hitam, serta suara yang enak didenger. Gak perlu merayu dengan dandanan super heboh yang nutupin suara ... suara jadi gak penting, yang penting kehebohannya ...
Pokoknya denger Adele, inget kembali masa-masa tempo doeloe, masa dimana menyanyi itu bener-bener jual suara ... kalo artis sekarang mah, suara nomer dua deh, yg penting heboh n gimmick di sekelilingnya. Hah, payah ... simulakrum kuno yang gampang ketebak.
Alhamdulillah, selain Adele, ada si bersuara dahsyat, Jackie Evancho ... membius, lagi-lagi gara-gara maen ke rumah Kiki (nyebelin lu ya Ki ...). Gak bisa ngomong apa-apa deh, nih anak emang harapan dunia, hahahaha ...
Kemudian, hari ini dalam hidup gue (telatttt bangettt dahhhhh ... ) hadirlah Gotye yang waktu pertama denger dia nyanyi, gue pikir itu lagu barunya Sting apa Peter Gabriele gitu, dahsyat banget. Akhirnyaaaaa .... ada lagu masa sekarang yang bisa gue ulang-ulang 2 jam sambil menikmati dan gak berlirik 'tembak langsung', dangkal dan ecek-ecek, hah ... sebel ...
Jadi, buat yang belum kenalan sama Gotye, kata Benyamin S, "Ni, gue beri ... !!".
Gotye "Somebody that I Used to Know (feat. Kimbra)" - Lyrics
Buat penyuka Adele, Jackie dan Gotye, bila anda generasi Y yang lahir di tahun 90an, alhamdulillah ternyata anda punya selera lumayan dan andalah harapan saya karena tidak ikut terlempar dalam arus hegemoni K-Pop di bumi nusantara ini. Syukurlahhhh .... (padahal kalau dilihat pemilihan lagunya, saya juga gak jauh beda ya, hahaha terlempar dalam hegemoni lagu Barat, hyahhhh ...)
Yang penting senenglah ... blog-blog gue eni, kekkkekekekekkkkk ...
Saking bosennya sama K-Pop udah seminggu ini dengerin lagu lama jaman baheula dari 70's, 80's and 90's dan menggerung-gerung kenapa lagu-lagu sekarang gak dalem, menggigit dan bersyair 'tembak langsung', melelahkan ... jadi inget Sartre dengan kejernihannya yang terkutuk itu ...
Beberapa bulan lalu, diundang main ke rumah sahabat lama di daerah Petukangan (iye, maksud gue emang elu, Ki ...) dan diperkenalkan pada Adele. Plis dehhhh telat banget kaleee ... ya pegimane, familiar sih ama lagunye, tapi kagak tau nyang nyanyi namanya Adele, keren pula orangnya. Namanya juga lagi sekolah, urusan laen liwat ... sibuk ngerjain tugas n ngumpulin duit biar bisa lanjut gitu loch ... (alesan, padahal kagak gawol).
Denger Adele, rasanya gimanaaaa gitu, gak pake gimmick yang bikin orang pusing dengan hal-hal gak penting. Cukup Adele dengan make-up lengkap dan baju hitam, serta suara yang enak didenger. Gak perlu merayu dengan dandanan super heboh yang nutupin suara ... suara jadi gak penting, yang penting kehebohannya ...
Pokoknya denger Adele, inget kembali masa-masa tempo doeloe, masa dimana menyanyi itu bener-bener jual suara ... kalo artis sekarang mah, suara nomer dua deh, yg penting heboh n gimmick di sekelilingnya. Hah, payah ... simulakrum kuno yang gampang ketebak.
Alhamdulillah, selain Adele, ada si bersuara dahsyat, Jackie Evancho ... membius, lagi-lagi gara-gara maen ke rumah Kiki (nyebelin lu ya Ki ...). Gak bisa ngomong apa-apa deh, nih anak emang harapan dunia, hahahaha ...
Kemudian, hari ini dalam hidup gue (telatttt bangettt dahhhhh ... ) hadirlah Gotye yang waktu pertama denger dia nyanyi, gue pikir itu lagu barunya Sting apa Peter Gabriele gitu, dahsyat banget. Akhirnyaaaaa .... ada lagu masa sekarang yang bisa gue ulang-ulang 2 jam sambil menikmati dan gak berlirik 'tembak langsung', dangkal dan ecek-ecek, hah ... sebel ...
Jadi, buat yang belum kenalan sama Gotye, kata Benyamin S, "Ni, gue beri ... !!".
Gotye "Somebody that I Used to Know (feat. Kimbra)" - Lyrics
Buat penyuka Adele, Jackie dan Gotye, bila anda generasi Y yang lahir di tahun 90an, alhamdulillah ternyata anda punya selera lumayan dan andalah harapan saya karena tidak ikut terlempar dalam arus hegemoni K-Pop di bumi nusantara ini. Syukurlahhhh .... (padahal kalau dilihat pemilihan lagunya, saya juga gak jauh beda ya, hahaha terlempar dalam hegemoni lagu Barat, hyahhhh ...)
Yang penting senenglah ... blog-blog gue eni, kekkkekekekekkkkk ...
Minggu, 08 Januari 2012
Spooky Phat Girlz ...
Setelah masa UAS diisi dengan begadang tiap malem ngerjain Take Home, maka setelah masa UAS beres, mata belum bisa kompromi buat tidur cepet.
Tadi malem jam 3 pagi, gue gak sengaja nonton film yang menurut saya keren abiz. Emang nontonnya udah tengah-2 tapi ternyata masih relevan buat diikuti. Besoknya saya googling, ternyata itu film tahun 2006 berjudul Phat Girlz. Ceritanya sederhana, tapi dalem. Memang buat yang ngarepin nonton film gak pake mikir pesan moralnya, agak males nonton kayaknya, tapi siapa sih yang gak pernah punya masa merasa gak normal, salah dan gak diterima dalam hidup. Ada sih tapi gak saya bahas, hahahaha
Tapi buat sayaaaa .... itu film bagus banget karena menggambarkan pengalaman saya juga, menjadi orang tidak normal, di dunia orang normal. Dari judulnya aja udah ketahuan, film itu menggambarkan pengalaman being a fat girl in our society. Menjadi perempuan yang hidup di dunia 'laki-laki' saja sudah berasa subordinat, apalagi ditambah being a fat girl, 2 kali pukulan telak.
Alhamdulillah masa-2 itu sudah agak berlalu, bukan masa-2 gemuk, tapi merasa tidak normal dan tidak diterima dalam masyarakat. Padahal normal gak normal cuma konstruksi aja. Apalagi konstruksi stereotip orang gemuk, yg dibilang penyakitan, pemalas dan lain-2, padahal yg kurus penyakitan dan pemalas, buanyakkkk ...
Kenapa sayabilang agak berlalu?? karena tidak bisa dipungkiri memang masih ada memori akan masa itu hadir dalam keseharian. Seperti apa sih pengalaman being a fat girl di dunia ini, bagaimana mengetahui perasaan kami, nonton aja filmnya. Keren ...
Ada beberapa quote di film yang memang menggugah. Inget ada adegan dimana perempuan-perempuan langsing dengan tubuh aduhai mengata-2i si pemeran utama yang tambun, dengan tenangnya si pemeran utama (setelah mencintai dirinya) cuma bilang, 'elu yang udah cakep gitu, perlu ngejelekin orang lain agar merasa diri cakep, wah ternyata elu gak cakep2 amat ya??'
Ada lagi pengalaman si pemeran ditolak laki-laki karena bentuk tubuhnya. Tapi ternyata, ada juga kok laki-laki yang naksir. Kalo soal pengalaman ditolak laki-laki mah, yg langsing juga banyakkkk ... kalo kata suami saya, jangan terlalu merendahkan laki-laki juga, karena gak semua laki-laki serendah itu, cuma lihat perempuan dari bentuk fisiknya aja. Banyak laki-laki yang punya prinsip dan memang berkelas, karena memilih perempuan yang sesuai dengan kecocokan hati. Bukan modal body tapi gak bisa diajak diskusi. Sama aja kayak perempuan, banyak juga toh yg berkelas dan punya prinsip gak liat laki dari isi dompet dan luarnya aja. Yah sama ... namanya juga sama-sama manusia, jadi jangan dibeda-2kan. Love you beib ...
Ada lagi quote yang keren dari si pemeran (yg ternyata emang hobi makan seperti saya dan yang lebih edan lagi namanya pun Mo'nique, ihiks). Gini quotenya: it's not us having weight problem, it's them having problem with our weight. Bener bangettttttttt .... so they try to push us to see the same way as theirs. Will never do it again ...
premis film itu menurut saya adalah: love yourself, embrace yourself so that you can give love to others ... persis seperti hidup gue. Dulu sebelum saya mencintai diri sendiri, susah banget mencintai orang lain, minimal suami sendiri deh. Ada aja curiganya. Tapi sekarang, love him very much ... kadang kita butuh orang lain untuk mengingatkan kita bahwa Tuhan gak pilih-2 waktu menciptakan manusia. Semua indah dengan berbeda-2, tapi kita aja dengerin kata setan bahwa beberapa lebih baik dari yg lain ... lebih langsing lebih baik, lebih kaya lebih baik, lebih pinter lebih baik, bla bla bla ... helloooo, syukur gak sih dikasih hidup sama Alloh ... yang penting itu hidup, beraktivitas, segar dan bugar. Kalo sakit sekali-2 diberi cobaan Alloh mah biasaaaa ...
If he loves me that much, why can't I love me much ... Yeay ... lets in love with ourselves ... We are ok ... God knows ...
Selasa, 20 Desember 2011
Pusat Kebugaran
Hari ini kantor sepi, maklum lagi pada nemenin mahasiswa ke Puncak. Tinggallah berdua sama mbak Lestari di kantor. Udah beberapa minggu ini dia join jadi anggota di sebuah pusat kebugaran di daerah Gandaria. Penasaran banget karena udah kepikiran berbulan-bulan pengen olahraga di tempat yang gak kena asep mobil. Hmmmm .... agak tertarik juga jadinya.
Monik : Jadi gimana mbak Pusat Kebugarannya???
Mbak Tari: Hahhhhh .... aku tertipu banget deh. Bayar ini itu habis 1,4 jutaan ternyata begini begitu. Begitu aku mau mundur, ehhhh ... didenda 500rb.
Murka berat doi. Dasar pusat kebugaran gak bener ....
jadi inget jaman kuliah dulu, jaman belum nerima diri 100% (baca: jahiliyah), jaman ingin mengubah diri jadi lebih langsing gak penting ... wkwkwkwkwkwkwk ... Emang yang namanya Pusat Kebugaran selalu ajaib. Masih inget deh, rame-2 sama temen kos daftar di sebuah pusat kebugaran kecil di pelosok Depok. Gilingan, banyak hal menarik (kalau gak bisa dibilang aneh atau sinting). Bayangin tuh Pusat kebugaran terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama penuh dgn alat-2 fitnes tempo dulu (aduuuhhhh jgn bayangin kayak fitness first atau celebrity yaaa) dan berisi cowok-2 body gueda-gueda yg menyeramkan ... jadilah kalau kita dateng, biarpun sekosan, se-RT dan se-RW tetep ngibrit buru-2 ke atas. Ngeri betul kena kedipan body Ade Rai tapi tampang mesi-mesi angkut pelabuhan ... *merinding
Di atas gak kalah ajaib. Tempatnya lumayanlah luas, yg ajaib, pengajar aerobiknya adalah mahasiswa sekolah tinggi ilmu olahraga gitu ... keren kannnnn ... cakep pula. Tapi tentu saja, instruktur aerobik cakep ada konsekuensinya. Anak-2 UI keren sekos tetep kalah binal ama tante-tante girang penghuni tetap Pusat kebugaran. Inget banget ada seorang tante, yg ternyata penyanyi dangdut pinggiran terkenal (karena pernah muncul di TVRI) yg gayanya selangit, intens banget memperhatikan pelajaran, hihihihi ... yg gak nahan, OMG itu bulu ketek jambrong bener tannnn ... usut punya usut, ternyata simbol seks jadul ya itu bulket jambrong, jadi tetep dipertahankan, hueee ... jd inget penampilan Eva Arnaz di film Dono, persisssss ...
Kalo kebetulan si instruktur mahasiswa tadi agak lumayan, tapi kalo udah dapet yang binal, waduh repottttt ... pengennya nyiksa, tau kenapa.
Itu baru namanya kehidupan ... Walau sudah tak minat langsing, tapi perasaan bugarnya itu lho yg bikin kecanduan. Mungkin harus kembali ke Pusat kebugaran ... Hmmm, that's why namanya Pusat Kebugaran ya, karena emang fungsinya bikin bugar. Bukan Pusat Pelangsingan .... cool ...
Di atas gak kalah ajaib. Tempatnya lumayanlah luas, yg ajaib, pengajar aerobiknya adalah mahasiswa sekolah tinggi ilmu olahraga gitu ... keren kannnnn ... cakep pula. Tapi tentu saja, instruktur aerobik cakep ada konsekuensinya. Anak-2 UI keren sekos tetep kalah binal ama tante-tante girang penghuni tetap Pusat kebugaran. Inget banget ada seorang tante, yg ternyata penyanyi dangdut pinggiran terkenal (karena pernah muncul di TVRI) yg gayanya selangit, intens banget memperhatikan pelajaran, hihihihi ... yg gak nahan, OMG itu bulu ketek jambrong bener tannnn ... usut punya usut, ternyata simbol seks jadul ya itu bulket jambrong, jadi tetep dipertahankan, hueee ... jd inget penampilan Eva Arnaz di film Dono, persisssss ...
Kalo kebetulan si instruktur mahasiswa tadi agak lumayan, tapi kalo udah dapet yang binal, waduh repottttt ... pengennya nyiksa, tau kenapa.
Aniweiiiii .... ternyata perjuangan naik angkot 2 kali dari kosan ke Pusat kebugaran agak terbayar.
Dalam waktu 3 bulan 17 kg ajah turun *prok prok prok ... beberapa bulan kemudian, naik ajah 20 kg. Mantappppp ....
Itu baru namanya kehidupan ... Walau sudah tak minat langsing, tapi perasaan bugarnya itu lho yg bikin kecanduan. Mungkin harus kembali ke Pusat kebugaran ... Hmmm, that's why namanya Pusat Kebugaran ya, karena emang fungsinya bikin bugar. Bukan Pusat Pelangsingan .... cool ...
Selasa, 01 November 2011
Politik spoookkkyyyy ...
Sudah sejak lama, gue paling benci ama urusan Politik ... Makanya agak aneh juga kawin sama orang dengan latar belakang Politik kuat banget di keluarganya, hhhhh .....
Tapi biar sebel ama politik, kan lagi sekolah doktoral, yah .... jangan lemot-2 amat jugalah ...
Hari ini di Metro TV lagi ada diskusi soal riset politik tentang siapa kiranya yang akan jadi calon Presiden. Males nontonnya, cuma karena siganteng pengen denger, yah ikutan nyimak dikitlah sambil liat-2 blog Dita (Puisi lo Dit, plis dehhh ...), biar kalo diajak diskusi rada nyambung.
Dalam jajak pendapat yg dilakukan sebuah lembaga riset politik, urutan bakal calon presiden tahun 2014 adalah:
1. Prabowo
2. Mahfud MD
3. Sri Mulyani
Ngomel-2 dong gue, secara gue gak pernah merasa terterpa ama ketiga orang itu. Masa sih ada hasil riset dengan nama mereka populer sbg capres. Kemane aje gue selame eni??? Di tengah marah-2, eh di tipi si Kania Sutisnawinata nanya sama Ramadhan Pohan dari Partainya SBY, dan dijawab ama si RP "gak mungkinlah Mahfud MD maju jadi capres kalo gak punya kendaraan, kecuali kalo Partai Demokrat memilih mendekati pak Mahfud ... "
Secara gue goblok berat ama politik, yg kedengeran adalah ... "Mahfud MD gak punya kendaraan" langsung nyamber dong .... "Hah sapa?? dia?? Ketua MK gak punya kendaraan??? Gue pilih dia deh. Naek apa dia kalo kerja, naek busway?????" ( sambil dalam hati, keren banget ni orang, hari ini gak punya kendaraan, idealis abis) ...
Tinggallah Ibbor bengong ngeliat istrinya mahasiswa S3 (wis wis wis), lulusan S2 Cum Laude UI (gak ada prestasi laen soalnya), dan seorang dosen PTS yang keren banget (ehem..) ... ternyata soal politik bisa Lemots n Blu'un beratsss .... Yakin masih mau jadi Presiden Bor??? First Lady lo payah bangettttt ....
Tapi biar sebel ama politik, kan lagi sekolah doktoral, yah .... jangan lemot-2 amat jugalah ...
Hari ini di Metro TV lagi ada diskusi soal riset politik tentang siapa kiranya yang akan jadi calon Presiden. Males nontonnya, cuma karena siganteng pengen denger, yah ikutan nyimak dikitlah sambil liat-2 blog Dita (Puisi lo Dit, plis dehhh ...), biar kalo diajak diskusi rada nyambung.
Dalam jajak pendapat yg dilakukan sebuah lembaga riset politik, urutan bakal calon presiden tahun 2014 adalah:
1. Prabowo
2. Mahfud MD
3. Sri Mulyani
Ngomel-2 dong gue, secara gue gak pernah merasa terterpa ama ketiga orang itu. Masa sih ada hasil riset dengan nama mereka populer sbg capres. Kemane aje gue selame eni??? Di tengah marah-2, eh di tipi si Kania Sutisnawinata nanya sama Ramadhan Pohan dari Partainya SBY, dan dijawab ama si RP "gak mungkinlah Mahfud MD maju jadi capres kalo gak punya kendaraan, kecuali kalo Partai Demokrat memilih mendekati pak Mahfud ... "
Secara gue goblok berat ama politik, yg kedengeran adalah ... "Mahfud MD gak punya kendaraan" langsung nyamber dong .... "Hah sapa?? dia?? Ketua MK gak punya kendaraan??? Gue pilih dia deh. Naek apa dia kalo kerja, naek busway?????" ( sambil dalam hati, keren banget ni orang, hari ini gak punya kendaraan, idealis abis) ...
Tinggallah Ibbor bengong ngeliat istrinya mahasiswa S3 (wis wis wis), lulusan S2 Cum Laude UI (gak ada prestasi laen soalnya), dan seorang dosen PTS yang keren banget (ehem..) ... ternyata soal politik bisa Lemots n Blu'un beratsss .... Yakin masih mau jadi Presiden Bor??? First Lady lo payah bangettttt ....
Langganan:
Postingan (Atom)