Minggu, 30 September 2012

Hobi Saya : Sekolah ...

Kemarin sahabat saya, Kiki datang ke kos. Curhat panjang tentang sekolah dan persiapannya ... Dalam perjalanannya menempuh pendidikan S3, Kiki bertemu orang-orang yang dia anggap 'determined' dengan sekolahnya. Ada yang bilang bahwa cita-citanya sekolah adalah bikin buku yang akan membantu anak-anak belajar Matematika dengan lebih mudah. Ada yang bilang pengen bikin LSM untuk membantu masyarakat dan ada yang akan mengembangkan sistem demi kemajuan masyarakat. Pokoknya semua cita-cita yang Kiki dengar bikin dia merinding disko. Lalu mikir ...

Nah, dalam proses mikir itulah Kiki bertemu dengan saya. Kami diskusi. Emang apa tujuan kita sekolah ... Mikir ... (kegiatan yg bikin males) ... Dalam proses merajut pikiran tiada ujung, kami sepakat bahwa tujuan kami adalah sekolah itu sendiri. Kebetulan kami berdua, walaupun secara pribadi jauh banget dari mirip, namun punya hobi sama, yaitu sekolah. Sekolah membuat kami tergila-gila. Kami tidak peduli apakah di sekolah itu kami akan menjadi anak pintar atau bodoh, yang penting, kami bisa sekolah saja sudah alhamdulillah ... Ternyata eh ternyata, sekolah membawa konsekuensi yang gak gampang.

Saya jadi ingat ketika saya diwawancara dalam seleksi masuk sekolah. Dalam pemikiran si pewawancara (ini dugaan saya) bahwa tujuan saya bersekolah sebenarnya bukan tujuan utama, ada tujuan lain di balik itu yang dengan sekolah maka tujuan itu akan saya capai. Apakah kenaikan pangkat, kenaikan gaji, dll. Ohya??? Anda Salah Besar Prof ... saya tidak peduli dengan kelulusan, saya cuma ingin sekolah ... Jadilah semua jawaban saya dimentahkan. Sampe jawaban andalan saya terakhir 'ingin menyenangkan orangtua' pun tak diterima. Bingung juga saya. Yang ditanya saya kenapa kok jawaban dia yang kudu benar. Aneh ...

Aniwei, kembali ke obrolan saya dan Kiki, kami sepakat bahwa kami suka sekolah. Terlepas dari keuntungan maupun kerugian yang akan kami peroleh sebagai konsekuensi dari bersekolah, so be it, kami suka sekolah. Sekolah itu passion, sekolah itu hidup kami. Sekolah adalah air dalam kehausan yang dalam. Kami cinta sekolah. Hobi kami adalah sekolah (mahal amat hobi lo Mon ...).

Kiki bilang kita tidak perlu pintar atau menjadi pintar dengan bersekolah. Kita cuma perlu tekun, ulet dan yakin, bahwa ini yang kita suka dan insya Alloh dengan izin Alloh akan bermanfaat buat kita dan sekeliling kita. Terserahlah apa anggapan orang. Orang bilang kalau kami berdua ini lebih determined dan punya target-2 pencapaian dengan sekolah kami, maka kami mungkin sudah di atas langit kesuskesan. Tapi, bukan itu yang kami inginkan ... Kami tidak peduli dengan apapun yang (di mata orang) membuat kami tampak sukses, pintar, keren, tajir dengan sekolah. Kami cuma ingin ada di sekolah, diberi tugas-2 yang membuat kami bisa membaca, membuat tugas dan menjadi lebih tahu. Kami tidak terganggu dengan kepayahan yang disebut orang. Orang bilang sayang banget otaknya tidak digunakan untuk mencapai kepintaran dan kesuksesan. Kami tidak peduli. Seperti juga pada pasangan yang kami cintai, maka kami menerima sekolah apa adanya ...

Nampaknya makin gak jelas. Tapi emang gue pikirin. blog-2 gue eni .... Jadi kalau ada lulusan S3 dan orang membandingkan kami dengan mereka dan mengatakan bahwa kami bisa seperti mereka kalau kami lebih berusaha dan determined, maka saya akan bilang, trus gue mesti gangnam style gituh ... Ngerti gak sih, bahwa sekolah itu cuma hobi buat kami, dan seperti juga yg hobi mancing atau nyanyi, gak perlu juga sampe menang Idol kali buat melakukannya. Cape deee ...

*tulisan ini ditulis dalam keadaan sangat kesal dengan tuntutan masyarakat pada kaum yang dikelompokkan sbg kaum intelektual (padahal kenyataannya, yg dikatakan intelektual gak ngerasa intelek, cuma ngerasa lagi ngerjain prakarya. Kebetulan aja prakaryanya sekolah S3) ...