Sabtu, 26 Januari 2013

BERSERAH ... MENYERAH ... TERSERAH ...

Pasrah dan berserah seperti kata orang-orang tua itu sungguh-sungguh menarik ... Sudah sejak remaja saya tergelitik berat sama yang namanya berserah alias pasrah ini. Sungguh ... Bila terkena musibah, kita diminta berserah, bila nilai jelek, berserah, bila gak dapet yang kita mau, berserah, bila gak sesuai rencana, berserah ... Sungguh menarik ... 

Saya perhatikan, walaupun seringkali diucapkan, orang nampaknya sulit sekali berserah, termasuk saya. Dulu pepatah paling saya ingat sejak SD adalah "Sesal Kemudian Tak Berguna". Pepatah itulah yang menjadikan saya perencana paling detil, sedetil-detilnya ... Saya takut sekali salah, saya takut sekali menyesal. Namun semakin percaya pepatah tersebut, semakin penyesalan hadir dalam keseharian saya.

Hidup saya sungguh lucu, menurut saya. Saya dihadapkan pada situasi menikahi seorang manusia yang jarang menyesal, gak pernah malah seingat saya. Sungguh-sungguh bertolak belakang dengan saya yang perencana ini. Suami saya, adalah guru berserah saya. Saya tidak pernah melakukan berserah sehebat dia, tapi saya belajar banyak.

Masa sepanjang hidup saya memperlihatkan, orang (termasuk saya) mengungkapkan kata berserah, pasrah, nrimo dan lain-lain, namun tidak percaya pada diri mereka apakah mereka bisa melakukannya. Karena berserah artinya telah mengusahakan semaksimal mungkin lalu berhenti berusaha dan menyerahkan pada si Empunya kehidupan untuk memutuskan hasilnya. Berserah adalah mempercayai qodarNya. Menjadi sulit karena manusia selalu berusaha menghindari misteri kehidupan. Manusia selalu tergoda untuk mencari kepastian. Dan berserah, melawan segala bentuk kemanusiaan. Berserah adalah godaan terbesar manusia sebagai pembuat keputusan atas dirinya. Berserah adalah cobaan manusia karena menyerahkan misteri kehidupan untuk diungkap oleh selain dirinya.

Berserah ....

Jodoh mati rejeki ada di tangan Penguasa Kehidupan. Jodoh mati rejeki adalah milik Alloh. Bahkan orang-orang beriman telah berulang kali mengucapkannya dan masih pula tidak mempercayainya. 

Saya dan suami bahu-membahu membayar uang kuliah kami di jenjang S2 dan S3 saat ini. Kami selalu hanya punya dana untuk biaya pendaftaran dan biaya untuk semester pertama. Tidak pernah menyiapkan dana untuk semester berikut-berikutnya. Sejak awal kuliah, perkataan suami saya adalah, "Bila Alloh mempermudah kita mendaftar kuliah ini sejak hari pertama, maka kuliah ini adalah jalan hidup kita selanjutnya dan Dia akan mencukupinya". Saya, tentu saja saat itu  hanya mengiyakan namun lebih percaya bahwa saya bisa mendaftar karena hasil ujian saya baik, CV saya bagus dan saya melengkapi segala persyaratan. Ketika dihadapkan pada bayaran semester-semester selanjutnya, saya sungguh stres luar biasa. Segala yang kami miliki, mobil, tabungan, simpanan, hingga mas kawin sudah menjadi bagian dari dana pendidikan kami. Tapi suami saya tetap percaya bahwa Tuhan akan mencukupi dengan jalanNya yang sekonyong-konyong. Banyak sekali sudah bukti keajaiban itu menghampiri hidup kami, dan sungguh luar biasa.

Saya masih ingat momen melepas cincin kawin kami untuk biaya pendidikan semester terakhir suami saya di S2. Sungguh luar biasa karena kami membutuhkan dana Rp 3 juta, sementara harga cincin kawin kami setelah ditakar hanya mencapai Rp 2,7 juta. Saya saking sedihnya melepas cincin kawin pilihan kami itu, tidak mau ikut ke toko emas dan hanya menunggu di sebuah foodcourt. Tapi kemudian suami saya datang dengan berseri-seri dengan cerita yang luar biasa.

Awal minggu itu kami sudah kehabisan simpanan. Bahkan untuk makan saja, kami mengandalkan beras sisa dan indomie sebungkus. Pernah saking membutuhkan dana untuk sekolah, kami rela makan sepiring nasi berdua dengan kuah indomie banyak-banyak, hahahahaha senang. Karena itu prioritas kami jelas, uang tersisa hanya untuk hal-hal penting. Hari itu suami saya sudah kegerahan ingin sekali memotong rambutnya, tapi harga termurah adalah Rp 8rb, sementara dengan uang segitu lebih baik kita beli indomie 2 bungkus, hmmm ... dilema. Akhirnya saya memberanikan diri mencukur rambutnya. Untuk pertama kali saya jadi tukang cukur, dan hasilnya sungguh luar biasa. Suami saya nampak 15 tahun lebih muda, jadi kayak anak SMP, hahaha kasihan. Namun ternyata berkat potongan rambut itulah cerita ini jadi luar biasa.

Ketika akan menjual cincin kawin kami, dia sudah berkeliling beberapa toko emas di Melawai, namun harga yang ditawarkan hanya Rp 2,4 juta hingga Rp 2,7 juta. Padahal kami butuh Rp 3 juta untuk semester terakhir ini. Tiba di sebuah toko emas terakhir, si uda pemilik toko memandang suami saya dalam-dalam dan bertanya, "Ini keponakan dari Menteng ya, anak si A?", suami saya menjawab, "bukan pak, saya bukan orang Padang". Si uda kemudian berujar lagi, "Ah masa sih, potongan rambutnya mirip sekali (ha????). Iya ah, kau ini pasti anak si uda Menteng (sambil memanggil bawahannya) ... Sudah kasih saja Rp 3 juta itu cincinnya. Ini saya juga ada siomay buat kamu. Salam ya untuk si A". Suami saya berkeras bahwa ia tidak mengenal bapak A dan ia bukan orang yang dimaksud, tapi si uda sudah memaksa. Jadilah suami saya berseri-seri menghampiri saya di foodcourt dengan membawa Rp 3 juta dan tambahan siomay, hahahaha ... 

Pernah pula kami sangat amat membutuhkan uang untuk makan minggu itu, dan saya minta suami saya untuk berdoa banyak-banyak ketika sholat Jum'at. Sepulang sholat Jum'at, suami saya berjalan kaki untuk menemui saya di tempat mengajar. Di perjalanan, ketika ada angin lewat, tiba-tiba ada uang Rp 200rb mendarat di kakinya. Kaget luar biasa, suami saya celingukan, dan memutuskan menunggu 15 menit, takut ada orang naik motor dan uang tsb terjatuh ketika lewat tadi. Setelah hampir 30 menit ditunggu, tidak ada yang datang dan lewat. Jadilah, kami hari itu mendapat rejeki untuk makan seminggu, hahahahaha

Suatu hari suami saya menunggu temannya mengambil motor di lobi pertokoan. Di sebelahnya ada seorang ibu membawa koper kecil, dan sibuk menelepon kesana kemari. Suatu ketika, si ibu sambil menelepon menaruh kopernya dan memanggil taksi dan terburu-buru menaiki taksi tersebut. Koper ditinggal. Suami saya berteriak-teriak memanggil si ibu tapi taksi telah melesat pergi. Suami saya minta ijin pada satpam untuk mengejar dengan ojek. Satpam tidak berani membuka koper dan mengiyakan. Sambil menunggu ojek, suami saya mengintip koper yang ternyata berisi berpuluh-puluh ikat uang ratusan ribu bergebok-gebok. Sepertinya ada beberapa ratus juta rupiah dalam koper tersebut. Begitu ojek datang, suami saya langsung kebut mengejar taksi. Taksi melihat dikejar ojek semakin kencang. Akhirnya suami saya berusaha keras mengetuk jendela si ibu, minimal mendapat perhatiannya. Awalnya si ibu tidak mengerti dan ketakutan, tapi suami saya menunjukkan kopernya, barulah ia minggir. Tanpa membuka isi koper si ibu berkali-kali mengucapkan terima kasih. Oh andainya segepok hilang, toh tidak kentara, hahahahaha tapi suami saya mengembalikan semuanya. Si ibu merogoh dompet dan mengeluarkan 2 buah tiket nonton Spiderman, dan jadilah siang itu saya dan suami duduk manis di bioskop, hahahahahaha .... Rejeki dan sekali lagi Alloh yang mengatur.

Dan masih banyak lagi keajaiban lainnya ... nanti saya buatkan bukunya ....

Peristiwa-peristiwa itulah yang membuat saya meyakini apa yang dinamakan berserah seyakin-yakinnya. Hanya Dialah yang mengatur dan menjadikan apa pun itu. Kita hanya berusaha, benar, tapi kita tidak punya kuasa atas hasil.

Cobaan terberat manusia adalah kesombongan atas hasil.
 Lupa bahwa ada Dia-lah satu-satunya yang berhak atas hasil akhir. 

Peristiwa-peristiwa itulah, yang membuat saya menyadari keajaiban-keajaiban dalam hidup saya.

Hingga saat ini, berserah adalah senjata saya. Sulit ... Namun, berserah membuat hidup nampak mudah dan membahagiakan. Berserah membuat hidup penuh syukur, dan syukur adalah nikmat.

Semoga kita semua termasuk kaum yang senang bersyukur. Amin






1 komentar: